Sejarah Kalimantan Tengah

Sejarah

Lambang Provinsi Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah adalah salah satu sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibukotanya adalah Kota Palangka Raya. Kalimantan Tengah memiliki luas 157.983 km². Berdasarkan sensus tahun 2010, provinsi ini memiliki populasi 2.202.599 jiwa, yang terdiri atas 1.147.878 laki-laki dan 1.054.721 perempuan. Kalteng mempunyai 13 kabupaten dan 1 kotamadya. Menurut legenda suku Dayak yang berasal dari Panaturan Tetek Tatum yang ditulis oleh Tjilik Riwut mengisahkan orang pertama yang menempati bumi atau menginjakan kakinya di Kalimantan adalah Raja Bunu. Pada abad ke-14 Maharaja Suryanata, gubernur Majapahit memerintah di Kerajaan Negara Dipa (Amuntai) yang berpusat di Candi Agung dengan wilayah mandalanya dari Tanjung Silat sampai Tanjung Puting dengan daerah-daerah yang disebut Sakai, yaitu daerah sungai Barito, Tabalong, Balangan, Pitap, Alai, Amandit, Labuan Amas, Biaju Kecil (Kapuas-Murung), Biaju Besar (Kahayan), Sebangau, Mendawai, Katingan, Sampit dan Pembuang dengan kepala-kepala daerahnya masing-masing yang disebut Mantri Sakai (Kepala Distrik), sedangkan wilayah Kotawaringin pada masa itu merupakan kerajaan tersendiri. Kerajaan Negara Dipa dilanjutkan oleh Kerajaan Negara Daha dengan raja pertamanya Miharaja Sari Babunangan Unro [miharaja= maharaja]. Raja tersebut telah mengantar salah seorang puteranya yang bernama Raden Sira Panji alias Uria Gadung [Uria= Aria] untuk memegang kekuasaan wilayah Tanah Dusun [atau Barito Raya] yang berkedudukan di JAAR – SANGGARWASI.
Pada abad ke-16, Kalimantan Tengah masih termasuk dalam wilayah mandala Kesultanan Banjar, penerus Negara Daha yang telah memindahkan ibukota ke hilir sungai Barito tepatnya di Banjarmasin, dengan wilayah mandalanya yang semakin meluas meliputi daerah-daerah dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru. Pada abad ke-16, berkuasalah Raja Maruhum Panambahanyang beristrikan Nyai Siti Biang Lawai, seorang puteri Dayak anak Patih Rumbih dari Biaju. Tentara Biaju kerapkali dilibatkan dalam revolusi di istana Banjar, bahkan dengan aksi pemotongan kepala (ngayau) misalnya saudara muda Nyai Biang Lawai bernama Panglima Sorang yang diberi gelar Nanang Sarang membantu Raja Maruhum menumpas pemberontakan anak-anak Kiai Di Podok. Selain itu orang Biaju (sebutan Dayak pada zaman dulu) juga pernah membantu Pangeran Dipati Anom (ke-2) untuk merebut tahta dari Sultan Ri'ayatullah. Raja Maruhum menugaskan Dipati Ngganding untuk memerintah di negeri Kotawaringin. Dipati Ngganding digantikan oleh menantunya, yaitu Pangeran Dipati Anta-Kasuma putra Raja Maruhum sebagai raja Kotawaringin yang pertama dengan gelar Ratu Kota Waringin. Pangeran Dipati Anta-Kasuma adalah suami dari Andin Juluk binti Dipati Ngganding dan Nyai Tapu binti MantriKahayan. Di Kotawaringin Pangeran Dipati Anta-Kasuma menikahi wanita setempat dan memperoleh anak, yaitu Pangeran Amas dan Putri Lanting. Pangeran Amas yang bergelar Ratu Amas inilah yang menjadi raja Kotawaringin, penggantinya berlanjut hingga Raja Kotawaringin sekarang, yaitu Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah. Kontrak pertama Kotawaringin dengan VOC-Belanda terjadi pada tahun 1637.Menurut laporan Radermacher, pada tahun 1780 telah terdapat pemerintahan pribumi seperti Kyai Ingebai Suradi Raya kepala daerah Mendawai, Kyai Ingebai Sudi Ratu kepala daerah Sampit, Raden Jaya kepala daerah Pembuang dan kerajaan Kotawaringin dengan rajanya yang bergelar Ratu Kota Ringin
Berdasarkan traktat 13 Agustus 1787Sultan Batu dari Banjarmasin menyerahkan daerah-daerah di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan (termasuk Banjarmasin) kepada VOC, sedangkan Kesultanan Banjar sendiri dengan wilayahnya yang tersisa sepanjang daerah Kuin Utara, Martapura, Hulu Sungai sampai Distrik PattaiDistrik Sihoeng dan Mengkatip menjadi daerah protektorat VOC, Belanda. Pada tanggal 4 Mei1826 Sultan Adam al-Watsiq Billah dari Banjar menegaskan kembali penyerahan wilayah Kalimantan Tengah beserta daerah-daerah lainnya kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Secara de facto wilayah pedalaman Kalimantan Tengah tunduk kepada Hindia Belanda semenjak Perjanjian Tumbang Anoi pada tahun 1894. Selanjutnya kepala-kepala daerah di Kalimantan Tengah berada di bawah Hindia Belanda. Sekitar tahun 1850, daerah Tanah Dusun (Barito Raya) terbagi dalam beberapa daerah pemerintahan yaitu: Kiaij Martipatie, Moeroeng Sikamat, Dermawijaija, Kiaij Dermapatie, Ihanjah dan Mankatip.
Sejak tahun 1845, Hindia Belanda membuat susunan pemerintahan untuk daerah zuid-ooster-afdeeling van Borneo [meliputi daerah sungai Kahayan, sungai Kapuas Murung, sungai Barito, sungai Negara serta Tanah Laut] selain Residen terdapat juga Rijksbestierder alias Kepala Pemerintahan Pangeran Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana. Di dalam hierarki pemerintahan tersebut terdapat nama kepala suku Dayak seperti Tumenggung Surapati dan Toemenggoeng Nicodemus Djaija Negara.
Berdasarkan Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, daerah-daerah di wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling menurut Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8. Daerah-daerah di Kalteng tergolang sebagai negara dependen dan distrik dalam Kesultanan Banjar.
Sebelum abad XIV, daerah Kalimantan Tengah termasuk daerah yang masih murni, belum ada pendatang dari daerah lain. Saat itu satu-satunya alat transportasi adalah perahu. Tahun 1350 Kerajaan Hindu mulai memasuki daerah Kotawaringin. Tahun 1365, Kerajaan Hindu dapat dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Beberapa kepala suku diangkat menjadi Menteri Kerajaan.
Tahun 1520, pada waktu pantai di Kalimantan bagian selatan dikuasai oleh Kesultanan Demak, agama Islam mulai berkembang di Kotawaringin. Tahun 1615 Kesultanan Banjar mendirikan Kerajaan Kotawaringin, yang meliputi daerah pantai Kalimantan Tengah. Daerah-daerah tersebut ialah : Sampit, Mendawai, dan Pembuang. Sedangkan daerah-daerah lain tetap bebas secara otonom menjalankan hukum adat Dayak-Kaharingan, dipimpin langsung oleh para kepala suku, bahkan banyak dari antara mereka yang menarik diri masuk ke pedalaman. Di daerah Pematang Sawang Pulau Kupang, dekat Kapuas, Kota Bataguh pernah terjadi perang besar. Perempuan Dayak bernama Nyai Undang memegang peranan dalam peperangan itu. Nyai Undang didampingi oleh para satria gagah perkasa, di antaranya Tambun, Bungai, Andin Sindai, dan Tawala Rawa Raca. Di kemudian hari nama pahlawan gagah perkasa Tambun Bungai, menjadi nama Kodam XI Tambun Bungai, Kalimantan Tengah.
Tahun 1787, dengan adanya perjanjian antara Sultan Banjar dengan VOC, berakibat daerah Kalimantan Tengah, bahkan nyaris seluruh daerah, dikuasai VOC. Sekitar tahun 1835 misionaris Kristen mulai beraktifitas secara leluasa di selatan Kalimantan. Pada 26 Juni 1835, Barnstein, penginjil pertama Kalimantan tiba dan mulai menyebarkan agama Kristen di Banjarmasin. Pemerintah lokal Hindia Belanda malahan merintangi upaya-upaya misionaris[14] Pada tanggal 1 Mei 1859 pemerintah Hindia Belanda membuka pelabuhan di Sampit.[15]
Tahun 1917, Pemerintah Penjajah mulai mengangkat masyarakat setempat untuk dijadikan petugas-petugas pemerintahannya, dengan pengawasan langsung oleh para penjajah sendiri. Sejak abad XIX, penjajah mulai mengadakan ekspedisi masuk pedalaman Kalimantan dengan maksud untuk memperkuat kedudukan mereka. Namun penduduk pribumi, tidak begitu saja mudah dipengaruhi dan dikuasai. Perlawanan kepada para penjajah mereka lakukan hingga abad XX. Perlawanan secara frontal, berakhir tahun 1905, setelah Sultan Mohamad Seman gugur sebagai kusuma bangsa di Sungai Menawing dan dimakamkan di Puruk Cahu.
Tahun 1835, Agama Kristen Protestan mulai masuk ke pedalaman. Hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, para penjajah tidak mampu menguasai Kalimantan secara menyeluruh. Penduduk asli tetap bertahan dan mengadakan perlawanan. Pada Agustus 1935 terjadi pertempuran antara suku Dayak Punan yaitu Oot Marikit dengan kaum penjajah. Pertempuran diakhiri dengan perdamaian di Sampit antara Oot Marikit dengan menantunya Pangenan atau Panganon dengan Pemerintah Belanda.
Menurut Hermogenes Ugang, pada abad ke 17, seorang misionaris Roma Katholik bernama Antonio Ventimiglia pernah datang ke Banjarmasin. Dengan perjuangan gigih dan ketekunannya hilir-mudik mengarungi sungai besar di Kalimantan dengan perahu yang telah dilengkapi altar untuk mengurbankan Misa, ia berhasil membaptiskan tiga ribu orang Ngaju menjadi Katholik. Pekerjaan dia dipusatkan di daerah hulu Kapuas (Manusup) dan pengaruh pekerjaan dia terasa sampai ke daerah Bukit. Namun, atas perintah Sultan Banjarmasin, Pastor Antonius Ventimiglia kemudian dibunuh. Alasan pembunuhan adalah karena Pastor Ventimiglia sangat mengasihi orang Ngaju, sementara saat itu orang-orang Ngaju mempunyai hubungan yang kurang baik dengan Sultan Surya Alam/Tahliluulah, karena orang Biaju (Ngaju) pendukung Gusti Ranuwijaya penguasa Tanah Dusun-saingannya Sultan Surya Alam/Tahlilullah dalam perdagangan lada.[16] Dengan terbunuhnya Pastor Ventimiglia maka beribu-ribu umat Katholik orang Ngaju yang telah dibapbtiskannya, kembali kepada iman asli milik leluhur mereka. Yang tertinggal hanyalah tanda-tanda salib yang pernah dikenalkan oleh Pastor Ventimiglia kepada mereka. Namun tanda salib tersebut telah kehilangan arti yang sebenarnya. Tanda salib hanya menjadi benda fetis (jimat) yang berkhasiat magis sebagai penolak bala yang hingga saat ini terkenal dengan sebutan lapak lampinak dalam bahasa Dayak atau cacak burung dalam bahasa Banjar.
Pada masa penjajahan, suku Dayak di daerah Kalimantan Tengah, sekalipun telah bersosialisasi dengan pendatang, namun tetap berada dalam lingkungannya sendiri. Tahun 1919, generasi muda Dayak yang telah mengenyam pendidikan formal, mengusahakan kemajuan bagi masyarakat sukunya dengan mendirikan Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, yang dipelopori oleh Hausman Babu, M. Lampe , Philips Sinar, Haji Abdulgani, Sian, Lui Kamis, Tamanggung Tundan, dan masih banyak lainnya. Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, bergerak aktif hingga tahun 1926. Sejak saat itu, Suku Dayak menjadi lebih mengenal keadaan zaman dan mulai bergerak. Tahun 1928, kedua organisasi tersebut dilebur menjadi Pakat Dayak, yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi dan politik. Mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan tersebut ialah Hausman Babu, Anton Samat, Loei Kamis. Kemudian dilanjutkan oleh Mahir Mahar, C. Luran, H. Nyangkal, Oto Ibrahim, Philips Sinar, E.S. Handuran, Amir Hasan, Christian Nyunting, Tjilik Riwut, dan masih banyak lainnya. Pakat Dayak meneruskan perjuangan, hingga bubarnya pemerintahan Belanda di Indonesia.
Tahun 1945, Persatuan Dayak yang berpusat di Pontianak, kemudian mempunyai cabang di seluruh Kalimantan, dipelopori oleh Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray , F.C. Palaunsuka, A. Djaelani, T. Brahim, F.D. Leiden. Pada tahun 1959, Persatuan Dayak bubar, kemudian bergabung dengan PNI dan Partindo. Akhirnya Partindo Kalimantan Barat meleburkan diri menjadi IPKI. Di daerah Kalimantan Timur berdiri Persukai atau Persatuan Suku Kalimantan Indonesia di bawah pimpinan Kamuk Tupak, W. Bungai, Muchtar, R. Magat, dan masih banyak lainnya.
Tahun 1942, Kalimantan Tengah disebut Afdeeling Kapoeas-Barito yang terbagi 6 divisi.

Provinsi Borneo saat masa awal kemerdekaan, tahun 1945.

Kondisi dan sumber daya alam

Kondisi alam

Bagian Utara terdiri Pegunungan Muller Swachner dan perbukitan, bagian Selatan dataran rendah, rawa dan paya-paya. Berbatasan dengan tiga Provinsi Indonesia, yaitu Kalimantan Timur, Selatan dan Barat serta Laut Jawa. Wilayah ini beriklim tropis lembap yang dilintasi oleh garis equator.

Keanekaragaman hayati

Banyak yang belum diketahui, dengan ragam wilayah pantai, gunung/bukit, dataran rendah dan paya, segala macam vegetasi tropis mendominasi alam daerah ini. Orangutan merupakan hewan endemik yang masih banyak di Kalimantan Tengah, khususnya di wilayah Taman Nasional Tanjung Puting yang memiliki areal mencapai 300.000 ha di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan. Terdapat beruang, landak, owa-owa, beruk, kera, bekantan, trenggiling, buaya, kukang, paus air tawar (tampahas), arwana, manjuhan, biota laut, penyu, bulus, burung rangkong, betet/beo dan hewan lain yang bervariasi tinggi.

Sumber daya alam

Hutan mendominasi wilayah 80%. Hutan primer tersisa sekitar 25% dari luas wilayah. Lahan yang luas saat ini mulai didominasi kebun Kelapa Sawit yang mencapai 700.000 ha (2007). Perkebunan karet dan rotan rakyat masih tersebar hampir diseluruh daerah, terutama di Kabupaten Kapuas, Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas dan Kotawaringin Timur.
Banyak ragam potensi sumber alam, antara lain yang sudah diusahakan berupa tambang batubara, emas, zirkon, besi. Terdapat pula tembaga, kaolin, batu permata dan lain-lain.

Sosial kemasyarakatan

Suku bangsa

Tiga etnis dominan di Kalimantan Tengah yaitu etnis Dayak (46,62%), Jawa (21,67%) dan Banjar (21,03%). Kawasan utama etnis Dayak yaitu daerah pedalaman, Kawasan utama etnis Jawa yaitu daerah transmigrasi dan Kawasan utama etnis Banjar yaitu daerah pesisir dan perkotaan.

Dayak

Etnis Dayak adalah etnis terbesar di Kalteng dengan jumlah 1.029.182 atau 46,62% dari populasi Kalteng. Beberapa subetnis Dayak yang terdapat di Kalteng yaitu Ngaju(subetnis terbesar yang mendiami daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito dan Katingan), Bakumpai (mendiami tepian daerah aliran sungai Barito ), Maanyan (mendiami bagian timur Kalteng seperti Barito Timur dan Barito Selatan), Ot Danum (mendiami daerah utara Kalteng), Siang Murung (mendiami Timur Laut Kalteng/Kabupaten Murung Raya), Taboyan (mendiami sepanjangan tepian aliran Sungai Teweh), Lawangan (mendiami bagian timur Kalteng/Barito Timur), Dusun (mendiami wilayah aliran sungai Barito dari Barito Selatan sampai Murung Raya), dan subetnis lainnya dalam jumlah kecil. Orang Dayak di Kalteng umumnya berprofesi sebagai petani dan pegawai pemerintahan.

Jawa

Etnis Jawa merupakan etnis terbesar kedua di Kalteng dengan jumlah 478.393 atau 21,67% dari populasi Kalteng. Di beberapa kabupaten, seperti Kotawaringin Barat dan Pulang Pisau, etnis Jawa adalah penduduk mayoritas. Orang Jawa di Kalteng umumnya berprofesi sebagai petani, pegawai, TNI/Polri, pedagang makanan dan pekerja tambang/sawit. Kesenian Jawa seperti kuda lumping, reog, wayang kulit dan bahasa Jawa masih bertahan di kantong-kantong transmigrasi di Kalteng. Besarnya proporsi orang Jawa di Kalteng karena banyaknya transmigrasi asal Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur yang masuk ke Kalteng.

Banjar

Etnis Banjar merupakan etnis terbesar ketiga di Kalteng dengan jumlah 464.260 atau 21,03% dari populasi Kalteng. Di Kalteng, orang Banjar banyak berada di wilayah perkotaan seperti Palangka RayaKotawaringin Timur (Sampit) dan Kapuas yang berbatasan langsung dengan Kalimantan Selatan. Orang Banjar di Kalteng umumnya bekerja sebagai pedagang dan wiraswasta, sehingga kuliner, masakan dan bahasa Banjar cukup dominan di Kalteng. Berbagai upacara adat Banjar, seperti pada upacara pernikahan, kelahiran (tasmiyah), batamat Al Qur'an, selamatan, baayun mulud dan sebagian kesenian Banjar, seperti hadrah dan maulid habsyi masih bertahan di Kalteng. Namun kesenian lainnya seperti tari-tarian, madihin, mamanda dan musik panting sudah jarang ditampilkan di Kalteng.

Melayu

Etnis Melayu merupakan etnis terbesar keempat di Kalteng dengan jumlah 87.348 atau 3,96% dari populasi Kalteng yang menempati pesisir Sukamara dan Kotawaringin Barat. Melayu di Kalteng biasa disebut Melayu Kotawaringin yang adat budayanya tidak jauh berbeda dengan orang Melayu Kalbar dan orang Banjar.

Madura

Etnis Madura merupakan etnis terbesar kelima di Kalteng dengan jumlah 42.668 atau 1.93% dari populasi Kalteng. Di Kalteng, orang Madura yang juga banyak berprofesi sebagai pedagang banyak mendiami daerah Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur. Setelah konflik etnis tahun 2001, sebagian warga Madura sudah berangsur-angsur kembali ke Kalteng.

Lainnya

Etnis terbesar keenam hingga kesepuluh yaitu Sunda (1,29%), Bugis (0,77%), Batak (0,56%), Flores (0,38%) dan Bali (0,33%) serta suku-suku lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Etnis Sunda, Flores dan Bali di Kalteng juga terdapat di wilayah-wilayah transmigrasi, namun jumlahnya tidak sebanyak etnis Jawa. Etnis Bugis di Kalteng sebagian besar merupakan kelompok Bugis Pagatan dari Kalimantan Selatan yang merantau ke Kalteng. Etnis Batak di Kalteng terdapat di wilayah perkotaan baik sebagai pegawai dan birokrat, maupun di pedalaman sebagai pekerja tambang dan sawit.
Komposisi Suku Bangsa di Kalimantan Tengah, yaitu:
NomorSuku bangsaJumlah (2010) Konsentrasi (2010)Jumlah (2000) Konsentrasi (2000)
1Dayak1.029.18246,62%Tidak ada dataTidak ada data
2Jawa478.39321,67%325.16018,06%
2Banjar464.26021,03%435.75824,20%
4Melayu87.3483,96%Tidak ada dataTidak ada data
5Madura42.6681,93%62.2283,46%
6Sunda28.5801,29%24.4791,36%
7Bugis17.1040,77%Tidak ada dataTidak ada data
8Batak12.3240,56%Tidak ada dataTidak ada data
9Flores8.3720,38%Tidak ada dataTidak ada data
10Bali7.3480,33%Tidak ada dataTidak ada data
11Suku-suku lainnya31.7881,44%--
Total2.207.367100,00%1.800.713100,00%

Bahasa

Pada dasarnya bahasa yang digunakan secara luas di Kalimantan Tengah adalah Bahasa Banjar dan Bahasa Indonesia. Persebaran Bahasa Banjar ke Kalimantan Tengah karena besarnya jumlah perantauan Suku Banjar asal Kalimantan Selatan sehingga Bahasa Banjar digunakan sebagai bahasa perdagangan dan bahasa sehari-hari.Masyarakat Suku Jawa di lokasi transmigrasi umumnya menuturkan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.
Bahasa Dayak yang dominan digunakan oleh Suku Dayak di Kalimantan Tengah, di antaranya Bahasa Ngaju yang digunakan di daerah sungai Kahayan dan Kapuas.Bahasa Bakumpai dan Bahasa Maanyan dituturkan oleh penduduk di sepanjang daerah aliran sungai Barito dan sekitarnya dan Bahasa Ot Danum yang digunakan oleh suku Dayak Ot Danum di hulu sungai Kahayan dan sungai Kapuas.

Agama

Agama yang dipeluk masyarakat Kalimantan Tengah, yaitu :
NomorAgamaJumlahKonsentrasiKeterangan
1Islam1.643.71574,31%dipeluk oleh Suku Banjar, Jawa, Melayu, Madura, Sunda, serta sebagian Kecil Suku Dayak.
2Kristen(Protestan dan Katolik)411.63218,60%dipeluk oleh sebagian Suku Dayak, Batak, Flores serta sebagian Suku Jawa
3Lainnya138.4196,26%Kaharingan adalah kepercayaan suku Dayak Kalimantan Tengah yang pada Sensus 2010 digabungkan dalam kelompok Lainnya. Penganut Agama Kaharingan tersebar di daerah Kalimantan Tengah dan banyak terdapat di bagian hulu sungai, antara lain hulu sungai Kahayan, sungai Katingan dan hulu sungai lainnya.[22]
4Hindu11.1490,50%dipeluk oleh Suku Bali transmigran
5Buddha2.3010,10%dipeluk oleh orang Tionghoa

Pendidikan

Geliat dunia pendidikan di Kalimantan Tengah sekarang sedang berkembang dengan pesat. Hal tersebut ditandai dengan bermunculannya berbagai lembaga pendidikan serta keberadaan beberapa Universitas dan Sekolah Tinggi.
Universitas Negeri Palangka Raya dan Untama merupakan Universitas-universitas Negeri yang ada di Kalimantan Tengah, selain itu terdapat Universitas Muhammadiyah serta beberapa perguruan tinggi lainnya yang ikut memberikan sumbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kalimantan Tengah, seperti Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Tambun Bungai serta Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Palangka Raya. Tak lupa pula berbagai Universitas maupun Sekolah Tinggi rintisan yang terdapat di Kabupaten yang ada di Kalimantan Tengah.

Pemerintahan

Kabupaten dan kota

Provinsi Kalimantan Tengah dibagi menjadi beberapa Daerah Tingkat II, yaitu:
No.Kabupaten/KotaPusat pemerintahanBupati/Wali KotaKecamatanKelurahan/desaLogo
Central Kalimantan coa.png
1Kabupaten Barito SelatanBuntokMugeni (Pj.) menggantikan Farid YusranDaftar kecamatanDaftar desa
Lambang Kab Barito Selatan.jpg
2Kabupaten Barito TimurTamiang LayangAmpera AY. MebasDaftar kecamatanDaftar desa
Lambang Kabupaten Barito Timur.png
3Kabupaten Barito UtaraMuara TewehNadalsyahDaftar kecamatanDaftar desa
Lambang Kabupaten Barito Utara.png
4Kabupaten Gunung MasKuala KurunArton S. DohongDaftar kecamatanDaftar desa
Lambang Kabupaten Gunung Mas.jpg
5Kabupaten KapuasKuala KapuasBen Brahim S. BahatDaftar kecamatanDaftar desa
Lambang Kabupaten Kapuas.png
6Kabupaten KatinganKasonganAhmad YantenglieDaftar kecamatanDaftar desa
Lambang Kabupaten Katingan.gif
7Kabupaten Kotawaringin BaratPangkalan BunBambang PurwantoDaftar kecamatanDaftar desa
Lambang kotawaringin barat.jpg
8Kabupaten Kotawaringin TimurSampitSupian HadiDaftar kecamatanDaftar desa
Lambang Kabupaten Kotawaringin Timur.jpg
9Kabupaten LamandauNanga BulikMarukan HendrikDaftar kecamatanDaftar desa
Lambang Kabupaten Lamandau.jpeg
10Kabupaten Murung RayaPuruk CahuPerdie M. YosephDaftar kecamatanDaftar desa
Lambang Kabupaten Murung Raya.jpg
11Kabupaten Pulang PisauPulang PisauEdy PratowoDaftar kecamatanDaftar desa
Lambang Kabupaten Pulang Pisau.jpg
12Kabupaten SukamaraSukamaraAhmad DirmanDaftar kecamatanDaftar desa
Lambang Kabupaten Sukamara.png
13Kabupaten SeruyanKuala PembuangSudarsonoDaftar kecamatanDaftar desa
Lambang Kabupaten Seruyan.jpg
14Kota Palangka Raya-Riban SatiaDaftar kecamatanDaftar kelurahan
Lambang Kota Palangka Raya.gif

Daftar gubernur

NoFotoNamaMulai JabatanAkhir JabatanKeteranganWakil Gubernur
1
RTA Milono.jpgR.T.A. Milono
1 Januari 1957
30 Juni 1958
Gubernur Pembentuk Provinsi Kalteng[23]
Tidak ada
2
Tjilik Riwut.jpgTjilik Riwut
30 Juni 1958
Februari 1967
Gubernur Kalteng Pertama - Babat Alas
Reinout Sylvanus
(1961—67)
3
ReynouldSilvanus1.jpgReinout Sylvanus
Februari 1967
3 Oktober 1978
Tidak ada
4
WA Gara.jpgWilly Ananias Gara
3 Oktober 1978
7 Oktober 1983
Eddy Sabara.jpgEddy Sabara
7 Oktober 1983
23 Januari 1984
5
Gatot Amrih.jpgGatot Amrih
23 Januari 1984
21 Januari 1989
Victor Phaing
6
Suparmanto.jpgSuparmanto
21 Januari 1989
22 Januari 1993
H. J. Andries
7
Warsito.jpgWarsito Rasman
17 Juli 1994
Juli 1999
E. Gerson
Rapiudin1.jpgRappiudin Hamarung
Juli 1999
8 Maret 2000
Penjabat Gubernur
Siswanto Adi
8
Drs H Asmawi Agani.jpgAsmawi Agani
8 Maret 2000
23 Maret 2005
Nahson Taway
Sodjuangan-situmorang-060809.jpgSodjuangan Situmorang
23 Maret 2005
4 Agustus 2005
Penjabat Gubernur
Lowong
10
Agustin-teras-narang.jpgAgustin Teras Narang
4 Agustus 2005
3 Agustus 2010
periode pertama
Achmad Diran
4 Agustus 2010
4 Agustus 2015
periode kedua
Hadi Prabowo Kalteng.jpgHadi Prabowo
5 Agustus 2015
25 Mei 2016
Penjabat Gubernur
Lowong
11Sugianto Sabran.jpgSugianto Sabran
25 Mei 2016
Petahana
Said Ismail

Forum Koordinasi Pimpinan Daerah

Pertahanan dan Keamanan

Kalimantan Tengah merupakan wilayah KOREM 102/PJGKODAM XII/Tanjungpura yang bermarkas di Palangka Raya. Kawasan TNI-AU terdapat di Lanud Iskandar (Pangkalan Bun).
Polda Kalimantan Tengah membawahi 14 kabupaten/kota dengan rincian 1 kepolisian resor kota, dan 13 kepolisian resor

Media

Televisi

Perekonomian

Tenaga kerja

Penduduk Usia 15 Tahun Lebih Menurut Kegiatan
Kegiatan utamaFebruari 2006Agustus 2006Februari 2007Februari 2008
Penduduk Usia 15 Tahun Lebih1.387.2441.398.3071.411.5681.438.271
Angkatan Kerja991.764944.2661.100.4301.077.831
Bekerja991.764944.2661.045.1861.026.211

Potensi perikanan

Potensi perikanan di Kalimantan Tengah sangat besar, khususnya perikanan air tawar. Hal itu dikarenakan luasnya wilayah perairan tawar seperti sungai, danau dan rawa di Kalimantan Tengah. Potensi laut Kalimantan Tengah 94.500 km2 dengan panjang garis pantai ± 750 km memiliki berbagai jenis ikan pelagis, udang, rajungan, dan lainnya. Pantai laut di selatan Kalimantan Tengah merangkai 7 (tujuh) kabupaten; yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Pulang Pisau, dengan panjang garis pantai ± 750 km. Sedangkan perairan umum dengan luas ± 2.29 juta Ha dengan potensi sumberdaya ikannya yang cukup besar perlu pengelolaan dan pemanfaatan secara baik. Produksi perikanan tangkap tahun 2013 sebesar 101.891,8 ton meningkat sebesar 7,31 % dibandingkan produksi perikanan tangkap tahun 2012 sebesar 94.954,1 ton. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Tangkap adalah sebanyak 21.770 RTP yang terdiri dari 5.340 RTP Perikanan Laut dan 16.430 RTP Perikanan Darat. Jumlah produksi perikanan budidaya pada tahun 2013 sebesar 53.519,43 ton mengalami peningkatan sebesar 20,70 % dari produksi tahun 2012 sebesar 42.441,28 ton dengan luas lahan budidaya seluas 6.960,8 Ha. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Budidaya pada tahun 2013 sebanyak 20.312 RTP. Pengembangan usaha pengolahan perikanan skala kecil dilakukan melalui peningkatan sarana dan prasarana pengolahan kepada Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR). Pada tahun 2013, jumlah produksi olahan hasil perikanan sebesar 6.149,9 ton meningkat sebesar 0,73 % dari total produksi tahun 2012 sebesar 6.104,8 ton. Tingkat Konsumsi Ikan di Kalimantan Tengah cukup tinggi yaitu 46,03 kg/kapita/tahun, lebih besar daripada Tingkat Konsumsi Ikan Nasional sebesar 35,62 kg/kapita/tahun. Jumlah Unit Pengolahan di Kalimantan Tengah sebanyak 2.837 UPI sedangkan Unit Pemasaran sebanyak 7.994 UPI.

Pertambangan

Sebagian besar penduduk di wilayah Katingan, Khususnya Kecamatan Katingan Tengah bermata pencaharian sebagai petani dan penambang. Hasil tambang utama yang diperoleh adalah emas dan puya (pasir zirkon) yang berwarna merah. Masyarakat dalam melakukan penambangan masih bersifat tradisional sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal.

Transportasi

Bandar udara Tjilik Riwut Palangka Raya melayani penerbangan dari dan ke Surabaya dan Jakarta direct, menggunakan pesawat jet jenis Boeing 737-200, 737-300 dan 737-400. Penerbangan ini dilayani oleh 4 maskapai, yaitu: Sriwijaya Air, Garuda Indonesia, Lion Air dan Batavia Air. Bandar udara kesayangan masyarakat Palangka Raya ini memiliki pcn 29 fczu, bisa dilintasi dengan mobil maupun taksi.

Jarak Palangka Raya (0 km Jalan Nasional) dengan ibukota kabupaten

ibukota kabupatenDarat (km)Keterangan
Batas Kalteng-Kalsel-(Anjir Serapat)
KLK142 km
TML418 km
BNT511 km
MTW605 km-
PRC702 km-
KKN180 km-
KSN88 km-
SPT227 km-
KLP702 km-
PBU449 km-
SKR686 km-
Batas Kalteng-Kalbar-(Kudangan)

Seni dan budaya

Seni musik


Arsitektur Rumah Betang (Huma Betang) di Tumbang Anoi merupakan rumah panjang hunian komunal masyarakat suku Dayak Ot Danum di perhuluan sungai Kahayan.

Arsitektur Rumah Baanjung tipe Rumah Balai Bini di Kumai, yang merupakan hunian keluarga inti dalam rumah sendiri-sendiri pada masyarakat pesisir Kalimantan Tengah.

Perpaduan Rumah Betang dengan Rumah Baanjung menghasilkan Rumah Betang Ba'anjung (Humna Gantung) di Desa Buntoi.
Seni musik yang dikenal di daerah ini antara lain:
Chordophone
Idiophone
  • Berbagai jenis Gong
  • Kangkanung
Membranophone
  • Berbagai jenis Kendang (Gandang)
  • Katambung

Seni vokal

Seni vokal yang populer di wilayah ini adalah:
  • Karungut
  • Kandan
  • Mansana
  • Kalalai Lalai
  • Ngendau
  • Natum
  • Dodoi
  • Marung

Tarian

Jenis-jenis tarian yang terdapat di daerah ini antara lain:
  • Tari Hugo dan Huda
  • Tari Putri Malawen
  • Tari Tuntung Tulus dari Barito Timur
  • Tari Giring-giring
  • Tari Manasai
  • Tari Balian Bawo
  • Tari Balian Dadas
  • Manganjan
  • Tari Kanjan Halu
  • Tari Deder
  • Tari Mandau
  • Tari Kinyah

Seni Kriya

Seni kriya yang berkembang di wilayah ini adalah:
  • Seni pahat patung Sapundu
  • Seni lukis
  • Rajah
  • Anyaman
  • Seni dari bahan Getah Nyatu
  • Topeng Sababuka

Upacara adat

  • Wadian
  • Upacara Tiwah (upacara memindahkan tulang belulang keluarga yang telah meninggal)
  • Wara (upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal)
  • Balian (upacara pengobatan)
  • Potong Pantan (upacara peresmian atau penyambutan tamu kehormatan)
  • Mapalas (upacara membuang sial atau membersihkan diri dari malapetaka)
  • Ijambe (upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal)

Pakaian pengantin

  • Busana Pengantin Dayak
Busana pengantin pria Dayak Kalimantan Tengah memakai celana panjang sampai lutut, selempit perak atau tali pinggang dan tutup kepala. Perhiasan yang dipakai adalah inuk atau kalung panjang, cekoang atau kalung pendek dan kalung yang terbuat dari gigi binatang. Pengantin wanita memakai kain berupa rok pendek, rompi, ikat kepala dengan hiasan bulu enggang gading, kalung dan subang.
  • Busana Pengantin Kotawaringin

Rumah Betang muara bagok
Dalam motif pakaian, Busana pengantin Kotawaringin tampak memiliki kemiripan dengan Busana Pengantin Banjar.

Comments

Popular posts from this blog

Cara merubah bahasa di situs web yang tidak memiliki translate bahasa

Cara Bermain Poker

Cara membuat portal berita sederhana dengan HTML, PHP, CSS (bootsrap), dan Javascript