SEJARAH SUKU DAYAK PANTU
“ Bersatu manak Karna Pama Ape’k Kuyakng Ka’ Sebayant”
“nye...,duwe...,taruh....,empat.....,rima...., inum....ijo....”
* SEJARAH SUKU DAYAK PANTU
Suku Pantu adalah subsuku Dayak yang tinggal di wilayah adat Pantu atau Binua Pantu di Kabupaten Landak. Kata Pantu kemungkinan berkaitan erat dengan kata pintu. Orang-orang Pantu yang datang ke wilayah adat ini dulunya hanya 100 kepala keluarga. Kepala keluarga biasa dihitung dengan rumah yang mereka tempati. Sementara itu, rumah yang ditempati dihitung satu pintu yaitu dengan melihat pintu yang paling depan. Hal ini mengindikasikan bahwa sebetulnya orang-orang Dayak kalau sudah berkeluarga dianggap mampu mandiri dan memelihara keluarganya sendiri. Orang-orang Pantu yang mula-mula pindah di wilayah adat Pantu terkenal dengan nama Pantu 100. Bahasa yang dituturkan oleh orang-orang Pantu adalah bahasa Pantu Bamak. Menurut tatanan kebahasaan, bahasa ini tergabung dalam kelom pok bahasaBidayuhik. Pada mulanya, binua ini hanya terdiri dari sebuah kampung dengan seratus buah pintu (rumah) atau kepala keluarga. Adapun kampung-kampung tempat persebaran Dayak Pantu adalah Kampung Tabadak, Ngedang, dan Tubang Raeng.Kampung-kampung ini berada di Kecamatan Ngabang. Jumlah penutur bahasa Pantu sebanyak 2,671 jiwa berdasarkan data dari kantor kecamatan bulan September 1998.
DAYAK PANTU salah satu sub suku dayak yang mendiami wilayah Kabupaten Landak bagian timur. Dayak pantu tersebar di dua kecamatan di Kabupaten Landak, diantaranya Kecamatan Ngabang dan Kecamatan Jelimpo, Dan suku Dayak pantu mendiami beberapa diantaranya:
1. Desa Tebedak memiliki beberapa dusun yaitu:Tebedak,Entikit,Ngedang,Dengoan,ngubang dan sindun
2. Desa Amboyo Inti: kari,semosok,seluang danau
3. Desa Papung: keranji, sengkuang, temiang, taba, setawan, tebuan dan asam mareh.
4. Desa Temiang Sawi dan dusun di daerah di sekitarnya.
Bahasa yang dipakai sehari-hari dayak Pantu adalah bahasa be’mak, dan menjadi bahasa turun temurun dari nenek moyang jaman dahulu kala sampai pada saat ini.
Secara histori belum tahu asal-usul dari dayak pantu namun disini saya dari kaum muda dayak pantu ingin berbagi sedikit mengenai asal-usul dan pendiri dayak pantu.
Asal-usul dayak pantu adalah dari temawakng tampunt arekng merajant(sekayam). Ini sesuai dengan kutipan batang lontar yang masih menjadi teka-teki dimana tersimpan kutipan kuno itu sekarang.
Ada 3 (tiga) orang yang telah berjasa,dan menjadi pendiri dayak pantu selibong beliau adalah:
1. Ape’k Kacai (menjaga batas binua pantu selibong dengan binua sekayam)
2. Ape’k Raja Mawas (menjaga batas antara binua pantu selibong dengan binua menyuke)
3. Ape’k Singa Macan(menjaga batas antara binua pantu selibong dengan binua dait)
Ketiga orang ini,menjadi Panglima dayak pantu pada jaman ngayao,dan karena merekalah kita ada sampai sekarang ini, dan dengan adanya timawakng dan teluk selibong, bahka salah satu makam pendiri binua pantu selibong masih ada dan menjadi misteri, hanya orang dan hari-hari tertentu makam itu akan tampak oleh orang itu pun secara kebetulan dan melalui prosesi Adat baru makam tersebut akan timbul tempat dan makam ini berada di daerah sindun.
· PANTAK

Pantak menurut cerita orang-orang yang belum tahu cerita nya adalah kuburan jaman dulu yang nisan nya mengunakan patung kayu. Tapi yang saya dengar dari orang tua, pengurus desa, dan tumanggong pantak itu adalah tangga hias tangga yang pada saat meminta niat dengan memberi kan imbalan dan doa-doa maka iya akan timbul di permukaan tanah, langit maupun air.
Yang saya tahu pantak dibenua pantu terdapat beberapa pantak yaitu:
· pantak pantu di danau pantu semosok
· pantak nonget di pulo nonget entikit
· pantak nyamah di pulo ngedang
· pantak selaoh di desa tebedak
pantak pantu adalah tangga hias dari benua jarring (ahe), yang pada saat itu sedang melakukan upacara niat didaerahnya dan tangga hias itu timbul di danau pantu semosok, yang menemukan nya adalah penduduk dari dayak pantu. setelah tangga hias itu di angkat dari permukaan air, dan dikembalikan kepada pemilik nya (benua jaring). atas kebaikan masyarakat dayak pantu yang telah mengembalikan tangga hias itu ke benua jaring , jadi benua jaring berterima kasih dan memberikan sepotong tangga hias itu sebesar paha peria dewasa, dan itulah yang di ukir, ditanam didaratan danau pantu semosok.
Sekian dulu sedikit pembahasan serta cerita yang dapat saya bagikan, mohon maaf jikalau masih ada banyak kekurangan dalam informasi tulisan serta cerita mengenai sejarah suku dayak pantu ini, jikalau ada informasi tambahan silahkan kirimkan pada komentar dibawah.
Boleh kopi darat kapan2, kebetulan saya juga masih keturunan dayak pantu
ReplyDeletesiap, di tunggu, terimakasih sudah berkunjung
DeletePunya ig ndak. Biar bisa saling berkunjung
ReplyDelete@andryblues
Deleteitu IG saya
Cerita nya singkat dari apa yang saya dengar dari mertua saya sangat mirip sekali cuman kurang lah yang anda tulis
ReplyDeleteIya itu hanya sebagian informasi yang saya dapat dari beberapa cerita orang tua yang asli orang pantu, mungkin masih kurang lengkap, kedepannya saya akan coba untuk melengkapi, terima kasih atas sarannya...
DeleteMasih banyak yg blm anda sebutkan. Contohnya desa nyiin.
DeleteTerdiri dari kampung, ugan hilir, nyiin, asam mareh, limo, nguap, ugan Hulu. Dll
Terima kasih atas kritik dan sarannya, kedepannya saya akan coba untuk melengkapi tulisan di atas.
DeleteVersi cerita kami orang Selibong, menurut penuturan orang tua kami, bahwa orang Selibong memang kerabat Orang Sekayam, namun terjadi perkelahian yang mengakibatkan larinya Sekelompok orang Selibong ke wilayah bukit Samabue, di daerah Tengkok, Belantian. Dan mereka bermukim di sana beberapa waktu, dan sampai raja mereka meninggal, dan di kuburkan di daerah itu, tepatnya di tembawang Selibong, namun mereka merasa bahwa keberadaan mereka masih kurang aman dari pengejaran saudara2 dari Orang Sekayam, akhirnya mereka pindah ke wilayah yang mereka rasa aman darikejaran saudara2nya Orang Sekayam. Mereka menetap di wilayah yang baru di daerah Selibong yang sekarang, namun beberapa kejadian mereka menderita penyakit yang mengakibatkan kematian sebagian mereka, sampai suatu hari mereka bersepakat bahwa mereka tidak bisa tinggal bersama2 lagi, mereka harus m3ncari tempat yang baru, dan masing-masing membawa keluarganya, ada yang pergi menetap di Limau, Asam Mareh, Nguap, Nyiin, Tebuan, Taba, Sengkuang, Setabar, temiang, Setawan, dan Ugan Hilir Sebagian. Dan mereka berkembang. Beranak cucu, sampai sekarang mereka mendiami wilayah Selibong, dengan bahasa Bamak.
Deletemantap wak,
ReplyDeleteTerima kasih atas kunjungannya.
DeleteBolavita adalah agen judi online dengan berbagai game menarik.
ReplyDelete- Casino online
- Bolatangkas
- Taruhan bola online / sportsbook
- Poker Online
- Tembak ikan
- Slot Game
- Togel online SGP / HK / KL
• Baccarat
• Dragon Tiger
• Roulette
• Sic Bo
• Niu-Niu
• Sakong
• Fan Tan
Untuk Proses Deposit dan withdraw cepat bisa melalui.
Wechat : Bolavita
WA : +6281377055002
Line : cs_bolavita
BBM PIN : BOLAVITA ( Huruf Semua )
Bonus Deposit + Cashback, Kunjungi Website Kami di bolavita club
Lanjutkan
ReplyDeleteMany thanks for your kind invitation. I’ll join you.
ReplyDeleteWould you like to play cards?
Come to the party with me, please.
See you soon...
เครดิตฟรี
คาสิโนออนไลน์
แจกเครดิตฟรี ฝากถอนง่าย
เล่นบาคาร่า
Versi cerita kami orang Selibong, menurut penuturan orang tua kami, bahwa orang Selibong memang kerabat Orang Sekayam, namun terjadi perkelahian yang mengakibatkan larinya Sekelompok orang Selibong ke wilayah bukit Samabue, di daerah Tengkok, Belantian. Dan mereka bermukim di sana beberapa waktu, dan sampai raja mereka meninggal, dan di kuburkan di daerah itu, tepatnya di tembawang Selibong, namun mereka merasa bahwa keberadaan mereka masih kurang aman dari pengejaran saudara2 dari Orang Sekayam, akhirnya mereka pindah ke wilayah yang mereka rasa aman darikejaran saudara2nya Orang Sekayam. Mereka menetap di wilayah yang baru di daerah Selibong yang sekarang, namun beberapa kejadian mereka menderita penyakit yang mengakibatkan kematian sebagian mereka, sampai suatu hari mereka bersepakat bahwa mereka tidak bisa tinggal bersama2 lagi, mereka harus m3ncari tempat yang baru, dan masing-masing membawa keluarganya, ada yang pergi menetap di Limau, Asam Mareh, Nguap, Nyiin, Tebuan, Taba, Sengkuang, Setabar, temiang, Setawan, dan Ugan Hilir Sebagian. Dan mereka berkembang. Beranak cucu, sampai sekarang mereka mendiami wilayah Selibong, dengan bahasa Bamak.
ReplyDelete